Selasa, 03 Desember 2013

ALWEEN ONG – Mendulang Untung dari Ponsel Rusak

Ala bisa karena biasa. Pepatah itu sangat tepat ditunjukan bagi Alween Ong, yang tidak memiliki latar belakang pendidikan servis ponsel, namun sukses di bisnis servis ponsel di Medan, Sumatera Utara. Bahkanm wanita kelahiran 1985 ini juga memiliki bisnis digital printing, semua di bawah bendera Alcompany Indonesia dengan total omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Berasal dari keluarga yang memiliki keadaan ekonomi sulit (ayahnya sudah tiada), Alween berhasil kuliah di Jurusan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Setelah kuliah, Alween melakukan apa saja untuk bisa menghasilkan uang. Mulai dari menjual buku-buku bekas pakai, berjualan ikat pinggang, sales kartu kredit, sampai menjadi makelar bagi temannya yang ingin menjual kendaraan. Alween juga menjual telepon selular (ponsel) dengan sistem komisi.

Suatu saat pada tahun 2006, ponsel milik temannya rusak. Alween pun mencoba memperbaiki ponsel tersebut. Melihat anak-anak muda sekarang tidak ada yang bisa hidup tanpa ponsel, ia tertarik untuk lebih serius mendalami dunia servis ponsel secara otodidak. Membaca buku, melihat temannya memperbaiki ponsel, sampai otak atik sendiri. Akhirnya Alween pun memperbaiki ponsel rusak dan membuka bisnis reparasi ponsel.

Salah satu hal yang meyakinkan Alween untuk membuka bisnis ini adalah bahwa orang-orang tidak selalu beli ponsel baru saat rusak. “Soalnya, biar pun bisa beli yang baru, banyak juga orang yang sayang pada ponselnya. Selain nilai ekonomis, ada nilai sentimental di situ. Orang malas mengganti ponsel bila sejarahnya sangat berarti untuknya. Dan itu berarti peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan,” jelas Alween.

Outlet pertama bisnisnya yang disebut Clinic Handphone ia buka di pasar USU, Sumatera Utara. Di outlet ini, Alween one (wo)man show. Semua ia lakukan sendiri, saat ia sakit, tokonya pun tutup. Akan tetapi, pelayanan Alween sangat prima, pelanggannya sangat setia. Plus, saat itu di Medan belum banyak outlet yang fokus hanya pada servis ponsel (kebanyakan jual ponsel). Bisnisnya pun berkembang, ia sudah bisa merekrut staf untuk membantunya. Modal pinjaman Rp8 juta pun ia kembalikan dalam waktu setahun.

Tidak puas hanya memiliki bisnis reparasi ponsel, tahun 2009 Alween melihat fenomena anak-anak muda yang suka narsis dan mengekspresikan dirinya dalam bentuk aksesoris. Ia pun p=mendirikan Narsis Digital Printing yang menerima cetak mug, pin, kaus, topi, dan lainnya. Saat ini Narsis Digital Printing juga ditawarkan dalam bentuk kemitraan.

Walaupun sudah sukses dengan Clinic Handphone dan Narsis Digital Printing, Alween tidak lupa bagaimana kondisi dirinya sebelum sukses seperti sekarang. Ia membuka pelatihan teknisi servis ponsel bagi orang-orang tidak mampu, dengan tujuan mereka akan membuka jasa servis ponsel mereka sendiri dan mengurangi pengangguran. Alween tidak takut tersaingi, karena persaingan akan membuat siapa pun lebih kreatif. Lagi pula, binaannya bisa bermitra dengannya dalam membeli komponen. Pasar servis ponsel masih luas, siapa yang hari ini tidak punya ponsel?

Quick Tips
Temukan masalah yang dihadapi oleh pasar, lalu sediakan solusinya. Pasar akan bersedia membayar untuk menyelesaikan masalahnya, seperti servis ponsel & digital printing Alween.
Jangan berbisnis one man show, karena namanya jadi berdagang dan sulit berkembang. Banyak pedagang kaki lima yang sudah bertahun-tahun jualan tapi jualannya begitu-begitu saja. 

Sumber : Ilman Akbar dalam buku 101 Young CEO

http://planetmodis.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More