Saat Ahmad Abdul Hadi melihat peluang mengekspor mangga
gedong produksi lahan keluarganya, ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan
tentang cara mengekspor. Berkat kemampuannya belajar dan mencoba, ia berhasil
mengirim buah-buah unggulan Indonesia ke berbagai penjuru dunia.
Hadi pria kelahiran Cirebon, 7 Oktober 1984 ini hidup di
keluarga yang memiliki perkebunan mangga jenis gedong gincu. Keluarganya memiliki
lahan seluas hampir 1 hektare di Kampung Kedawung, Cirebon. Setiap kali panen,
ia mengamati bahwa mangga-mangga tersebut semuanya dikirim dan didistribusikan
hanya sebatas antar kota dan pasar domestik. Mengapa tidak diekspor?
Keinginan menembus pasar ekspor menari-nari di pikirannya. Namun,
ia belum mengerti seluk beluk mengenai proses ekspor, bagaimana prosedurnya,
bagaimana dokumen-dokumennya, bagaimana cara mencari pembeli, dan sebagainya.
Lewat internet, ia rajin mencari tahu tentang tata cara ekspor. Ia juga
memotret beberapa contoh mangganya untuk di e-mail kepada calon-calon pembeli.
Akhirnya, ada satu pembeli dari Singapura yang menerima
tawarannya. Sebelum barang dikirim, pembeli Singapura ini ingin melihat contoh
buahnya. Saat membawa beberapa sampel buah ke Singapura, Hadi sempat tertahan
di Bandara Changi karena penampilan yang kurang meyakinkan, plus ia tidak
membawa sertifikat untuk mangga-mangganya. Di sana, ia baru mengetahui produk
pertanian harus menyertakan sertifikat agar bisa masuk ke Singapura.
Singkat kata, Hadi mencapai kesepakatan dengan pembeli Singapura
itu. Paket ekspor pertama dari CV Sumber Buah, berisi mangga gedong gincu
dengan merek SAE, dikirim tanggal 13 Oktober 2008. Ia tidak akan pernah lupa
tanggal tersebut, karena selain ekspor pertamanya, tanggal ini berbarengan
dengan ulang tahun ibunya. Dalam dua bulan, mahasiswa Jurusan Ekonomi
Manajemen, Universitas Swadaya Gunungjati, Cirebon ini berhasil mengekspor
total 17,5 ton ke pembeli tersebut. Pembeli pertama asal Singapura ini banyak
memberi ilmu kepada Hadi, mulai dari urusan dokumen hingga cara packaging yang
baik.
Pada tahun 2009, sekitar 200 ton buah asal Indonesia (sebagian
besar mangga) berhasil diekspor ke berbagai negara, seperti Singapura, Hongkong,
Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Belanda. Bukan kebetulan ia mendapat pembeli dari
kawasan Arab karena ia pernah mondok di Pesantren Gontor Darussalam, Ponorogo,
Jawa Timur, yang sehari-hari mempelajari bahasa Inggris dan Arab secara
intensif.
Keberhasilan Hadi menembus pasar ekspor ini menarik
perhatian Kementrian Pertanian dan Dinas Pertanian Cirebon karena biasanya yang
berhasil mengekspor itu adalah pengusaha yang berasal dari kota-kota besar
saja. Ia pun diajak pada pameran ke luar negeri, seperti Bahrain, Kuwait, dan
Hongkong, yang memberinya tambahan pembeli.
Kini, Hadi berhasil mengekspor 500 ton buah per tahun,
terdiri dari mangga, manggis, rambutan, jambu biji, salak, dan sebagainya.
Hasil panen sebanyak itu berasal dari lahan perkebunan mitranya yang berasal
dari Cirebon, Medan, Bali, NTB, hingga Kalimantan. Ia berhasil menyejahterakan
puluhan karyawan beserta ribuan petani mitranya.
Quick Tips
Tidak tahun bukan alasan untuk tidak memulai bisnis, karena
internet menyediakan semua info yang kita butuhkan.
Sumber : 101 Young CEO