Rabu, 27 November 2013

SYAMMAHFUZ CHAZALI - Mengolah Limbah Sapi Jadi Gerabah Berkualitas Tinggi


Selama ini, kotoran sapi hanya dibuang jadi limbah, atau paling umum dimanfaatkan menjadi pupuk kandang dan sumber biogas. Namun Syammahfuz Chazali dan teman-temannya berhasil menemukan bahwa limbah sapi juga bisa menjadi campuran bahan gerabah yang kemudian meningkatkan kualitas gerabah.

Lulussan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Gajah Mada ini sedang merenung saat ini sedang merenung saat sedang buang hajat, sekitar September 2006, ketika terbesit ide untuk mencampur kotoran sapi jadi bahan campuran keramik. Ide itu muncul karena ingat bahwa tanah tandus dan kering akan jadi bagus kalau dicampur dengan kotoran sapi. Renungan itu ditindaklanjuti, ia mengumpulkan berbagai referensi terkait dengan kemungkinan pengolahan kotoran sapi untuk mengobati penasarannya. Ternyata Syam, panggilan akrabnya, menemukan bahwa kotoran sapi mengandung silikat (sejenis bahan perekat) sebesar 9,6%, jadi bisa digunakan untuk bahan baku gerabah. 

Sebulan kemudian, pemuda kelahiran Medan 5 November 1984 ini bersama empat orang teman kampusnya membentuk tim untuk menjalankan ide ini. Tim ini awalnya mengikuti kompetisi Pekan Kreativitas Mahasiswa, namun proposal mereka ditolak juri karena judulnya sangat jorok, ada “kotoran sapi” pada judul proposalnya. Dari sini mereka belajar branding itu sangat penting. 

Tidak putus asa, mereja mencoba masuk ke berbagai kompetisi lain untuk mendapatkan modal awal. Pada April 2007, titik cerah datang. Proposalnya disetujui kompetisi DUE-Like Batch IV UGM dan diberi modal penelitian sebesar 3,5 juta. Bekerja sama dengan pengrajin gerabah di Kasongan, Yogya, mereka melakukan uji coba untuk mendapatkan formula & komposisi yang tepat.

Hasilnya luar biasa, apabila bahan baku tanah liat kuning dicampur kotoran sapi, gerabah yang dihasilkan lebih ringan 2 kg. Gerabahnya juga lebih kuat, karena saat dibakar di suhu 90o C tidak retak sama sekali.

Di bawah bendera PT Faerumnesia 7G, Syam dan rekan-rekannya pun serius menjalankan ide bisnis ini, bekerja sama dengan perajin-perajin lain di Kasongan, yang memang terkenal sebagai sentra kerajinan tanah liat.

Order demi order dan prestasi demi prestasi melambungkan nama Faerumnesia. Seribu buah guci dari Universitas Trisakti dan humat 60 ton dari Brunei Darussalam, adalah contoh order besar yang mereka terima. Mereka juga pernah menjadi juara Business Plan Pemuda Tingkat Nasional Kemenpora, serta diundang ke Cina dan Australia untuk memberikan presentasi ilmiah. Syam secara pribadi juga finalis Wirausaha Muda Mandiri 2008. Bisnis Syam berhasil secara nyata bermanfaat mengatasi masalah yang ada di masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More