Selama ini, kotoran sapi hanya
dibuang jadi limbah, atau paling umum dimanfaatkan menjadi pupuk kandang dan
sumber biogas. Namun Syammahfuz Chazali dan teman-temannya berhasil menemukan
bahwa limbah sapi juga bisa menjadi campuran bahan gerabah yang kemudian
meningkatkan kualitas gerabah.
Lulussan Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Gajah Mada ini sedang merenung saat ini sedang merenung saat sedang
buang hajat, sekitar September 2006, ketika terbesit ide untuk mencampur
kotoran sapi jadi bahan campuran keramik. Ide itu muncul karena ingat bahwa
tanah tandus dan kering akan jadi bagus kalau dicampur dengan kotoran sapi. Renungan
itu ditindaklanjuti, ia mengumpulkan berbagai referensi terkait dengan
kemungkinan pengolahan kotoran sapi untuk mengobati penasarannya. Ternyata Syam,
panggilan akrabnya, menemukan bahwa kotoran sapi mengandung silikat (sejenis
bahan perekat) sebesar 9,6%, jadi bisa digunakan untuk bahan baku gerabah.
Sebulan kemudian, pemuda
kelahiran Medan 5 November 1984 ini bersama empat orang teman kampusnya
membentuk tim untuk menjalankan ide ini. Tim ini awalnya mengikuti kompetisi
Pekan Kreativitas Mahasiswa, namun proposal mereka ditolak juri karena judulnya
sangat jorok, ada “kotoran sapi” pada judul proposalnya. Dari sini mereka
belajar branding itu sangat penting.
Tidak putus asa, mereja mencoba masuk ke berbagai kompetisi lain untuk mendapatkan modal awal. Pada April 2007, titik cerah datang. Proposalnya disetujui kompetisi DUE-Like Batch IV UGM dan diberi modal penelitian sebesar 3,5 juta. Bekerja sama dengan pengrajin gerabah di Kasongan, Yogya, mereka melakukan uji coba untuk mendapatkan formula & komposisi yang tepat.
Hasilnya luar biasa, apabila
bahan baku tanah liat kuning dicampur kotoran sapi, gerabah yang dihasilkan
lebih ringan 2 kg. Gerabahnya juga lebih kuat, karena saat dibakar di suhu 90o
C tidak retak sama sekali.
Di bawah bendera PT Faerumnesia
7G, Syam dan rekan-rekannya pun serius menjalankan ide bisnis ini, bekerja sama
dengan perajin-perajin lain di Kasongan, yang memang terkenal sebagai sentra
kerajinan tanah liat.
Order demi order dan prestasi
demi prestasi melambungkan nama Faerumnesia. Seribu buah guci dari Universitas
Trisakti dan humat 60 ton dari Brunei Darussalam, adalah contoh order besar
yang mereka terima. Mereka juga pernah menjadi juara Business Plan Pemuda
Tingkat Nasional Kemenpora, serta diundang ke Cina dan Australia untuk
memberikan presentasi ilmiah. Syam secara pribadi juga finalis Wirausaha Muda
Mandiri 2008. Bisnis Syam berhasil secara nyata bermanfaat mengatasi masalah
yang ada di masyarakat.
Sumber : 101 Young CEO
Baca Juga Kisah Pengusaha Lainnya :
Baca Juga Kisah Pengusaha Lainnya :
0 komentar:
Posting Komentar