Ala bisa karena biasa. Pepatah itu sangat tepat ditunjukan
bagi Alween Ong, yang tidak memiliki latar belakang pendidikan servis ponsel,
namun sukses di bisnis servis ponsel di Medan, Sumatera Utara. Bahkanm wanita
kelahiran 1985 ini juga memiliki bisnis digital printing, semua di bawah
bendera Alcompany Indonesia dengan total omzet ratusan juta rupiah per bulan.
Berasal dari keluarga yang memiliki keadaan ekonomi sulit
(ayahnya sudah tiada), Alween berhasil kuliah di Jurusan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara. Setelah kuliah, Alween melakukan apa saja untuk
bisa menghasilkan uang. Mulai dari menjual buku-buku bekas pakai, berjualan
ikat pinggang, sales kartu kredit, sampai menjadi makelar bagi temannya yang
ingin menjual kendaraan. Alween juga menjual telepon selular (ponsel) dengan
sistem komisi.
Suatu saat pada tahun 2006, ponsel milik temannya rusak. Alween
pun mencoba memperbaiki ponsel tersebut. Melihat anak-anak muda sekarang tidak
ada yang bisa hidup tanpa ponsel, ia tertarik untuk lebih serius mendalami
dunia servis ponsel secara otodidak. Membaca buku, melihat temannya memperbaiki
ponsel, sampai otak atik sendiri. Akhirnya Alween pun memperbaiki ponsel rusak
dan membuka bisnis reparasi ponsel.
Salah satu hal yang meyakinkan Alween untuk membuka bisnis
ini adalah bahwa orang-orang tidak selalu beli ponsel baru saat rusak. “Soalnya,
biar pun bisa beli yang baru, banyak juga orang yang sayang pada ponselnya. Selain
nilai ekonomis, ada nilai sentimental di situ. Orang malas mengganti ponsel
bila sejarahnya sangat berarti untuknya. Dan itu berarti peluang bisnis yang
bisa dimanfaatkan,” jelas Alween.
Outlet pertama bisnisnya yang disebut Clinic Handphone ia
buka di pasar USU, Sumatera Utara. Di outlet ini, Alween one (wo)man show. Semua
ia lakukan sendiri, saat ia sakit, tokonya pun tutup. Akan tetapi, pelayanan
Alween sangat prima, pelanggannya sangat setia. Plus, saat itu di Medan belum
banyak outlet yang fokus hanya pada servis ponsel (kebanyakan jual ponsel). Bisnisnya
pun berkembang, ia sudah bisa merekrut staf untuk membantunya. Modal pinjaman
Rp8 juta pun ia kembalikan dalam waktu setahun.
Tidak puas hanya memiliki bisnis reparasi ponsel, tahun 2009
Alween melihat fenomena anak-anak muda yang suka narsis dan mengekspresikan
dirinya dalam bentuk aksesoris. Ia pun p=mendirikan Narsis Digital Printing
yang menerima cetak mug, pin, kaus, topi, dan lainnya. Saat ini Narsis Digital
Printing juga ditawarkan dalam bentuk kemitraan.
Walaupun sudah sukses dengan Clinic Handphone dan Narsis
Digital Printing, Alween tidak lupa bagaimana kondisi dirinya sebelum sukses
seperti sekarang. Ia membuka pelatihan teknisi servis ponsel bagi orang-orang
tidak mampu, dengan tujuan mereka akan membuka jasa servis ponsel mereka
sendiri dan mengurangi pengangguran. Alween tidak takut tersaingi, karena
persaingan akan membuat siapa pun lebih kreatif. Lagi pula, binaannya bisa
bermitra dengannya dalam membeli komponen. Pasar servis ponsel masih luas,
siapa yang hari ini tidak punya ponsel?
Quick Tips
Temukan masalah yang dihadapi oleh pasar, lalu sediakan
solusinya. Pasar akan bersedia membayar untuk menyelesaikan masalahnya, seperti
servis ponsel & digital printing Alween.
Jangan berbisnis one man show, karena namanya jadi berdagang
dan sulit berkembang. Banyak pedagang kaki lima yang sudah bertahun-tahun
jualan tapi jualannya begitu-begitu saja.
0 komentar:
Posting Komentar